Rabu, 16 Mei 2012

Sudhamex Menjual ke Lima Benua

 SUARAPOS.blogspot.com Sudhamek intinya hanyalah seorang penjual makanan dan minuman. Namun, Chief Executive Officer GarudaFood ini membawa perusahaannya merambah ke berbagai pasar level dunia. Produknya ”hanya” pelbagai jenis makanan kecil dan minuman ringan, tetapi membuatnya meraih sejumlah penghargaan sebab produknya kini sukses merambah pasar di lima benua.
Sudhamek meraih pelbagai penghargaan, di antaranya Ernst & Young Indonesia Entrepreneur of The Year 2004, The Most Admired CEO 2004, 2005, 2006, 2007 Big Companies Executives versi (majalah Warta Ekonomi) dan 11 Top Executive 2011 versi majalah Eksekutif. Ia selalu diajak berbicara berbagi kiat bisnis di pelbagai forum dalam dan luar negeri
Namun, beberapa tahun terakhir ini, Sudhamek (56) terkesan agak enggan bicara cerita kesuksesan perusahaan. Ia terkesan lebih suka menjadikan masalah moral, integritas, reputasi, loyalitas, dan saling menghargai sesama manusia.
Berikut petikan wawancara dengan suami Lanny Rosiana serta ayah dua putra dan satu putri ini ketika ditemui di kantornya baru-baru ini.
GarudaFood tumbuh signifikan dalam 20 tahun ini. Apa strategi Anda?
GarudaFood perusahaan biasa saja, bukan perusahaan besar. Kalau dikategorikan, mungkin lebih pas dimasukkan dalam kelompok menengah.
Namun, saya akan lebih tertarik kalau kita melihat bisnis itu tidak semata size-nya atau keuntungannya, tetapi apa makna dari sebuah bisnis. Apa manfaat yang ia berikan kepada publik. Aspek lain, jauh lebih bermakna kalau kita melihat proses dari sebuah bisnis yang selalu diwarnai dengan kultur dan etika. Budaya dan etika bisnis itulah yang kini dibutuhkan mumpung Indonesia diberi banyak karunia. Lalu, kalau kita berbicara tentang kelestarian bisnis, iya, kita mesti bicara tentang kultur.
Mengapa harus kultur?
Selama hampir 10 tahun ini, saya selalu menekankan aspek kultur bisnis sebab saya melihat ini sesuatu yang penting. Sebagian di antara pebisnis terkesan mengabaikannya. Kalaupun ada perhatian, hanya di urutan ke sekian. Padahal, pemilik perusahaan selalu memberi warna sangat dominan dalam jalannya roda bisnis. Kalau perusahaan itu ”diisi” dengan kultur yang baik, pada ujungnya akan menghasilkan sebuah perusahaan yang memesona, fantastik.
Ada contoh konkret?
PT Astra International Tbk bisa jadi contoh. Astra International bisa seperti itu karena ada kultur yang ditanamkan pendirinya, yakni (almarhum) Om William Soeryadjaya. Sikap dia yang memandang tinggi semua karyawan, sikap kebapakannya, tanggung jawab, ela, integritas, moralnya, sungguh memberi warna menonjol pada lembaga Astra.
Salah satu sisi yang cemerlang dari Om William adalah ia selalu melihat manusia sebagai pemegang peran sentral. Bukan sekadar pada kompetensinya, melainkan juga pada nilai-nilai positif manusia atau karyawan tersebut. Makanya, Astra menjadi seperti sekarang. Ragam bisnisnya demikian kaya.
Bagaimana Anda melihat nilai manusia dalam sebuah perusahaan?
Saya sependapat dengan Oom William, manusia pemegang peran terbesar, misalnya dalam proses bisnis, pembuat, pelaku strategi, dan pembangun sistem adalah manusia. Manusia pula perumus strategi, pemilik infrastruktur dan manajemen pengetahuan. Seorang pemimpin yang ingin sukses harus menyentuh aspek manusia ini dengan cerdas, arif. Namun, di balik aspek-aspek ini, manusia harus punya nilai luhur sebab ia pusat dari apa pun.
Seorang manusia tidak sekadar mesti punya kompetensi, tetapi memiliki spiritual yang baik. Khusus soal aspek spiritual, ia menjadi gantungan atau landasan perusahaan. Spiritual inilah yang kemudian diisi dengan kompetensi sehingga menjadi dinamis.
Unsur spiritual ditekankan dalam tubuh GarudaFood?
Tentu saja. Namun, saya tahu bahwa tidak ada sesuatu yang diraih seketika. Jadi, sedikit demi sedikit aspek ini saya tekankan sehingga karyawan yang menerima ini dengan sepenuhnya baru sekian persen. Ini akan terus bertambah. Saat ini, lebih kurang 18.000 karyawan GarudaFood diajak memahami hal itu dan sebagian di antara mereka sudah mulai menangkap makna tersirat dan tersurat dari apa yang kami sampaikan.
Hal yang kami inginkan adalah kami kembali ke kombinasi kompetensi dengan spiritual. Pious yet competent (saleh tetapi sekaligus kompeten). Yang kemudian terjadi di lapangan ialah lebih banyak senangnya daripada stresnya sebab level stres menjadi lebih tertangani. Dari sinilah muncul kreativitas yang mencengangkan, dari titik inilah pula lahir karya-karya besar sebab karyawan bekerja dengan kenyamanan, ketenteraman, dan kebahagiaan.
Penetrasi pasar GarudaFood menjangkau lima benua. Bagaimana?
Kami memang rajin memasarkan pelbagai produk ke luar negeri. Tentu ini tidak semata karena ingin meraih laba lebih besar, tetapi kami ingin produk GarudaFood lebih dikenal luas. Pada ujungnya, ini berkaitan dengan menopang kinerja ekspor dan membawa bendera Indonesia. Saya sering mendengar teman menemukan produk Garudafood di pelbagai kota, misalnya Helsinki, London, Kairo, Johannesburg, Beijing, Hongkong, Tokyo, Chennay, Washington DC, sampai Sydney.
Ini membanggakan kami sekaligus menerbitkan tanggung jawab untuk terus berinovasi untuk meraih kinerja optimal. Kami memang ingin supaya produk kami tidak saja diterima di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Ada yang hendak Anda utarakan?
Saya suka menggugah para karyawan untuk membina harmoni dalam rumah tangga. Beri perhatian dan cinta kepada anak istri/suami. Kalau belum berumah tangga, bangunlah hubungan baik, proporsional dengan orangtua serta sekitarnya.
Kalau di rumah nyaman dan penuh sukacita, di kantor pun akan demikian. Mereka akan nyaman bekerja dan dari situ muncul kreasi dahsyat. Muncul inovasi hebat. Pada ujungnya, perusahaan maju pesat dan kinerja bagus.
Sumber : Kontan


Artikel Terbaru