Kategori Artikel
Selasa, 24 Juli 2012
Taufiq merintis usaha bermodal Rp 20.000
Kerja keras dan pantang menyerah dan menjadi moto hidup Mochamad Taufiq. Merintis usaha dari nol, ia kini sukses menjadi pengusaha keramik di Plered, Purwakarta dengan omzet ratusan juta rupiah per bulan.
Taufiq mulai merintis usaha pada tahun 1990. Saat itu, ia nyaris tidak memiliki modal sama sekali. "Modal awal saya cuma Rp 20.000, uang itu saya pakai buat beli keramik yang belum jadi dari para perajin di Plered," katanya.
Awal merintis usaha, ia memang tidak langsung memproduksi keramik sendiri, melainkan membeli dari para perajin. Dibantu isterinya, ia kemudian mengecat sendiri produk-produk keramik tersebut.
Taufiq mengatakan, di masa-masa awal merintis usaha ini penuh dengan perjuangan. Ia kerap bekerja selama 24 jam untuk memenuhi pesanan. "Saat itu, persaingan usaha keramik belum seketat sekarang," ujarnya.
Lantaran mengunakan cat kendaraan, produk keramik yang dipasarkan berhasil membetot perhatian konsumen. Alhasil, usahanya terus berkembang.
Setelah modal usahanya semakin kuat, setahun kemudian, ia mulai memproduksi sendiri produk keramik yang ingin dipasarkannya.
Saat itu, Taufiq merekrut sekitar tiga orang karyawan. Sementara untuk bahan baku tanah liat dipesannya dari Desa Citeko, Purwakarta. Bersama ketiga karyawannya, ia membuat keramik dari proses pembakaran, pencetakan, hingga finishing. "Saya hampir tidak ada waktu tidur karena bekerja terus," kata Taufiq.
Setahun kemudian, usahanya mulai membuahkan hasil. Dalam sehari, ia bisa meraup omzet antara Rp 200.000-Rp 300.000.
Usahanya berkembang pesat karena saat itu persaingan masih belum begitu ketat. Di bidang pemasaran, saat itu ia sempat mengirim produknya ke Kalimantan dan Palembang.
Namun itu tidak berlangsung lama. Setelah resmi bekerjasama dengan lima toko keramik di daerah Plered, ia pun menghentikan penjualan keramik ke luar daerah. "Jadi sejak dari situ saya jualnya ke mereka saja," jelas Taufiq.
Dari usahanya ini, Taufiq kini bisa mengantongi omzet sekitar Rp 150 juta per bulan, dengan laba bersih 25%-30%
Jumlah karyawannya juga terus bertambah, hingga kini mencapai 21 karyawan. Dengan jumlah karyawan sebanyak itu, usaha keramiknya menghabiskan 1 ton-2 ton tanah liat per minggu.
Proses pembuatan keramik dilakukan di rumah Taufiq sendiri. Awalnya, ia pernah memiliki empat industri rumahan khusus untuk membuat keramik. Namun karena tak bisa ditangani semua, dan ia juga membutuhkan uang untuk keperluan sekolah kedua anaknya, ia pun memutuskan untuk menjual rumah industrinya itu.
Selama membesarkan usaha, ia pun kerap menemukan masalah dan tantangan. Pernah beberapa kali ia dituduh menimbulkan polusi dan mencemari lingkungan. Tidak lama kemudian ada orang yang mengaku datang dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Tapi, setelah negosiasi, ujung-ujungnya orang itu meminta duit dalam jumlah besar. "Ya, spontan saya tidak kasih" ujar Taufiq.