Jumat, 27 April 2012

Berusaha Beri yang Terbaik

Djoko Pranoto, Chief Executive Officer UNITED TRACTORS TBK menilai, ia hanya dirigen kecil. Ini peran karyawan dan konsumen.

SUARAPOS.blogspot.com — PT United Tractors Tbk, yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 19 September 1989, punya kinerja gemilang. Keuntungan bersih tahun lalu Rp 5,90 triliun, naik 52 persen dari tahun 2010 sebesar Rp 3,87 triliun. Namun, Djoko Pranoto, Chief Executive Officer United Tractors Tbk, menilai, ia hanya dirigen kecil. Ini peran karyawan dan konsumen.
Praktis United Tractors Tbk (UT) masuk jajaran perusahaan elite di Indonesia dalam hal laba bersih. Membaik ketimbang tatkala krisis ekonomi menerjang Indonesia tahun 1998. UT saat itu mencatat kerugian cukup besar. Bagaimana UT membalikkan kondisi tersebut?
Berikut petikan wawancara dengan Djoko Pranoto baru-baru ini.
Saat krisis tahun 1998, UT sangat terpukul. Bagaimana mengatasinya?
Kalau melihat kondisi UT kini, tak terbayangkan bahwa UT pernah dalam kondisi amat sulit. Sekitar 1.000 karyawan harus dilepaskan. Current liabilities atau kewajiban jangka pendek UT saat itu Rp 3,9 triliun dan utang jangka panjang Rp 326,419 miliar. Kondisi UT sangat sulit.
Keadaan kian sulit karena pembangunan melemah, daya beli turun, dan situasi ekonomi lesu. UT melakukan tindakan cepat, di antaranya, pertama, merampingkan organisasi perusahaan. UT memberikan paket yang cukup baik bagi sejumlah karyawan. Kedua, kami fokus pada bisnis yang bisa dikembangkan dan berkonsentrasi meraih dollar AS sebesar mungkin. Juga terus berusaha menjaga UT dengan alat beratnya, Komatsu, tetap menjadi pemimpin pasar.
Ketiga, mengurangi beban utang. Dibuat kesepakatan menjadwal ulang utang selama beberapa tahun. Dalam situasi ini, produsen produk-produk yang dipasarkan UT sangat paham. Mereka bahkan mengapresiasi apa yang ditempuh UT sehingga suplai produk tetap jalan. Intinya, kami berbuat yang terbaik untuk perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya.
Ada aspek lain?
Kami menyehatkan modal kerja. Anak perusahaan dijual, misalnya perusahaan batubara Berau Coal. Tujuannya mengurangi beban utang. Kami mengapresiasi para pemegang saham yang ingin UT tetap bertahan karena itu menjaga UT agar segera pulih dari kondisi tak sehat. Kebetulan pula ketika itu Pak Prijono Sugiarto (kini CEO PT Astra International Tbk) menjabat Direktur in charge untuk UT. Beliau tahu persis apa yang dilakukan UT ketika itu.
Bagaimana UT memasarkan produk alat berat dalam situasi yang sulit?
Kami yakinkan dan memberi solusi agar investasi mereka balik secepat mungkin. Kami paparkan bagaimana meraih keuntungan sebesar mungkin. Dengan dasar ini, kami memiliki komitmen bahwa kami tidak hanya mendeliver produk, tetapi juga memberi solusi menyeluruh bagi konsumen kami. Solusi itu, misalnya, untuk mengerjakan proyek tertentu, alat berat yang cocok adalah alat berat A atau B, kemudian kita buatkan rencana ke depan sampai si konsumen benar-benar merasa puas dengan servis yang kami tawarkan.
Kami pun memberikan konsultasi jauh lebih dalam dari ekspektasi pembeli, termasuk opsi paling ideal, investasi alat berat. Dalam konteks ini, UT berusaha keras menjaga reputasi dan integritas. Perusahaan ini tidak ingin ada cerita di belakang bahwa UT memaksakan suatu produk yang tidak cocok dengan proyek yang tengah dikerjakan. Selain solusi dan konsultasi sebelum dan sesudah penjualan, kami pun memberikan servis optimal.
Langgam memberi solusi dan konsultasi sebelum dan sesudah penjualan alat berat inilah yang membuat kepercayaan konsumen melonjak tinggi. Kepercayaan seperti ini tidak bisa dibeli.
Formula ini memberi manfaat efektif?
Sangat efektif. Kami meraih kinerja cemerlang. Dari perusahaan yang letih dan muram, secara bersama-sama kami bisa ubah menjadi perusahaan dengan profit menjanjikan. Rupanya fokus pada bisnis inti menjadi pemimpin pasar dan memberi solusi kepada konsumen membawa dampak luas. UT kembali ke bentuknya semula, tetapi dengan raut yang jauh lebih berkilau. Kini, semua karyawan bisa menikmatinya pada usia UT ke-40 tanggal 13 Oktober nanti.
Profesionalisme tak bisa ditawar-tawar dan inilah yang diberikan UT kepada konsumennya, seperti halnya yang dilakukan perusahaan dalam Grup Astra lainnya. ”Memberikan yang terbaik kepada pelanggan” dan ”selalu berusaha memberikan yang terbaik”.
Penjualan segmen usaha mesin konstruksi kembali mencatat prestasi. Volume penjualan alat berat Komatsu menjadi 8.467 unit tahun 2011, naik 57 persen dari volume penjualan tahun 2010 sebesar 5.404 unit. Bandingkan dengan penjualan Komatsu oleh UT pada tahun 1998 yang hanya 238 unit.
Bagaimana posisi di pasar?
Pangsa pasar Komatsu naik dari 46 persen tahun 2010 menjadi 49 persen tahun 2011. Prestasi itu dicatat dalam persaingan ketat di bisnis alat berat di Indonesia. Tahun lalu, semua pasar domestik mencatat volume penjualan 17.360 unit, naik 47 persen dari 11.781 unit tahun 2010. Volume penjualan alat berat Komatsu di Indonesia ini adalah yang terbesar di dunia.
Pama yang merupakan anak usaha UT di bidang kontraktor penambangan batubara penjadi pendorong utama. Pama juga didukung oleh konsumen yang relatif besar di Indonesia, seperti Adaro, KPC, dan Indominco.
Melalui unit usaha pertambangan yang dijalankan PT Prima Multi Mineral (PMM) dan PT Tuah Turangga Agung (TTA), grup UT menjual 4,5 juta ton batubara, meningkat dari 3,1 juta tahun 2010. UT dan anak perusahaannya yang memiliki delapan tambang batubara (dengan mengakuisisi lima konsesi pertambangan tahun 2011) memiliki cadangan sebesar 250-370 juta ton. Aspek yang menopang bisnis ini adalah UT sangat fokus pada visi perusahaan dan implementasi yang sesuai.
Anda sangat sibuk, bagaimana mengatur waktu?
Saya berusaha membagi waktu yang imbang dengan keluarga. Bagi keluarga, yang penting kualitas, bukan jumlah atau lamanya. Kita sepakat soal itu. Kami lalui dengan berlibur bersama, bercanda, berdiskusi. Kami menjalin hubungan sangat akrab dan penuh cinta.
Dengan pelanggan dan mitra?
Sebagai orang yang sering menjamu pelanggan, saya menyempatkan diri menyisihkan waktu bermain golf bersama mitra. Ini sebuah kesenangan sambil memperkuat jaringan dengan pelanggan. Di samping itu, saya menikmati waktu ketika hadir dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, seperti mendatangi sekolah binaan yang akan kami serahkan kepada pemerintah daerah atau ketika program menanam pohon di sejumlah daerah. Seperti dalam filosofi perusahaan, kami ingin menyatu dan memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat, lingkungan, dan bangsa.


Sumber: Kompas

Artikel Terbaru